Please Remind Me to Never Get Knocked Up!

What, are you ashamed that we did it? Because at least, you don’t have to have the evidence under your sweater. I’m a planet! (Juno)

Saya nonton Juno udah thousand times tuh film emang inspired dan keren banget. tapi saya lagi ga pengen ngereview Juno. Saya pengen talk somethin bout KTD a.k.a kehamilan tidak diinginkan yang jadi topik film Juno, soalnya saya lumayan sering bolak balik ke sebuah klinik Kespro (kesehatan reproduksi) di Jakarta yang sering jadi tempat Induksi Haid (IH) (beberapa kasus IH bisa dibilang aborsi, karena darah haid tidak keluar bukan karena tidak normal (penyakit atau emang lagi telat) melainkan karena hamil (makanya di induksi biar keluar alias aborsi)) jadinya sering ngeliat juga kejadian Unwanted pregnancy pada remaja (meskipun yang IH disana banyakan ibu rumah tangga).

Di film Juno, si Juno memutuskan untuk tetep meneruskan kehamilannya karena doi takut waktu mau di aborsi (katanya semua bayi punya kuku jari makanya dia takut, well i still dont get it for this point). Doi mutusin untuk mencari ibu adopsi untuk bayinya supaya bayinya entar lebih sejahtera dibandingin kalo diasuh sama dia yang masih bau kencur plus nge-rock abis. Dan seluruh keluarga mendukung keputusan Juno tersebut. Itu yang buat saya merinding, bener2 win2 solution tuh ya, ideal banget. Cara yang diambil juno itu jarang banget diterapkan sama kejadian KTD di Indo (di Amrik juga jarang sih, saya kira banyak lo..cuman liat di data statistik, kurang dari 5 % remaja Sono yang memilih untuk memberikan bayinya kepada Ortu angkat), saya pernah diskusi dengan staf klinik tersebut. Saya bilang kenapa ya remaja disini yang udah terlanjur hamil tidak mau ngasi anaknya untuk diasuh orang tua adopsi kalo dia emang belom siap punya anak, daripada di aborsi kan?. Beliau lalu menjawab. Karena di Indonesia Unwanted Pregnancy masih sesuatu yang memalukan dan skandal banget, orang tua yang anaknya KTD ada yang langsung nyuruh anaknya aborsi biar ga bikin malu keluarga.

Ada satu cerita dari Klinik tersebut, seorang perempuan yang cukup umur (22 taun, seumur saya) KTD sama pacarnya. Si perempuan dan pacarnya memutuskan untuk menikah dan meneruskan kehamilan. Namun si ortu menyuruh aborsi karena selain tidak mau membuat malu keluarga, si perempuan baru dapet kerjaan keren dan bermasa depan cerah but tidak membolehkan hamil pegawainya. Si perempuan dilema abis. Untung aja ga jadi di IH. Cuman itu menggambarkan, yang cukup umur aja masi ditentang untuk tetep hamil, gimana yang masih remaja??. Makanya ya..dukungan dari lingkungan itu penting banget, idealnya, keluarga ikut menyupport apapun pilihan si anak, tentunya dengan diberi pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Kasus Juno bisa happy ending gitu karena seluruh "orang dekat" juno nrimo keputusan Juno. Keluarga, teman, sekolah (di Indo ni..yang hamil dikeluarin, ga adil banget kan bo..) juga si ayah dari bayinya Juno.

Soalnya kan kasian, ketika perempuan hamil, apalagi remaja, emosinya pasti labil banget tuh. Kalau lingkungan menolak dia dan kehamilannya, doi bisa stress, trus memilih jalan yang salah (aborsi di dukun, mimum jamu peluntur, atau malah bunuh diri, atau jadi GILA sekalian!!!). Makanya sebaiknya kalo udah terlanjur hamil, si perempuan jangan disalahkan, karena tanpa disalahkan orang2, perempuan tersebut pasti udah merasa sangat bersalah (banyak kata "salah" disini, vocab indonesia saya sangat terbatas sepertinya).

Dan seperti kata Mimi di komen posting "jender ih", sebelum "terlanjur", perempuan HARUS mikir terlebih dahulu konsekuensi perbuatannya, For God Sake, Pake Kontrasepsi kalo udah terlanjur horny!!!!, jangan entar malah nambah MMR di Indo akibat aborsi yang ga aman.